Weburic – Perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp — Meta Platforms Inc. — kembali menjadi pusat perhatian publik setelah tim peneliti keamanan siber internasional mengungkap praktik pelacakan diam-diam terhadap pengguna Android, termasuk pengguna Samsung Galaxy, saat menjelajahi internet melalui browser.
Pelacakan Terjadi Sejak September 2024
Menurut laporan tim peneliti Anugerahslot, praktik pelacakan tersebut berlangsung sejak September 2024, dan baru dihentikan setelah laporan ini tersebar ke publik. Selama periode itu, Meta diduga mengumpulkan data aktivitas browsing pengguna tanpa izin eksplisit, bahkan ketika pengguna telah:
- Mengaktifkan mode incognito
- Menghapus cookies secara rutin
- Menggunakan fitur perlindungan privasi pada peramban
Hal ini memunculkan kekhawatiran serius, karena metode privasi standar yang biasa digunakan ternyata tidak efektif dalam mencegah pelacakan yang dilakukan Meta.
Ancaman terhadap Privasi Digital
Temuan ini menunjukkan bahwa praktik pelacakan oleh Meta berjalan di balik layar tanpa sepengetahuan pengguna. Bagi pemilik perangkat Android, khususnya pengguna Samsung Galaxy, insiden ini menjadi bukti nyata bahwa pengawasan digital masih menjadi isu besar yang belum terselesaikan.
Dengan praktik semacam ini, para ahli keamanan digital menyerukan pentingnya regulasi lebih ketat terhadap perusahaan teknologi besar, serta peningkatan transparansi dalam pengumpulan data pengguna.
Meta Diduga Lacak Aktivitas Browsing Pengguna, Abaikan Fitur Privasi

Praktik pelacakan aktivitas pengguna oleh Meta — induk dari Facebook dan Instagram — disebut baru berhenti setelah laporan dari tim peneliti keamanan siber dipublikasikan. Sebelumnya, pelacakan berlangsung diam-diam, tanpa persetujuan pengguna, bahkan saat mereka telah mengaktifkan fitur privasi seperti Incognito Mode atau menghapus cookies.
Menurut laporan yang dikutip dari Sam Mobile (Jumat, 6 Juni 2025), metode pelacakan yang digunakan Meta mengabaikan perlindungan privasi standar yang biasa dilakukan oleh pengguna. Lebih buruk lagi, teknik ini berpotensi membuka celah bagi aplikasi berbahaya lainnya untuk mengintai aktivitas penelusuran pengguna secara diam-diam.
“Metode ini juga membuka jalan bagi aplikasi jahat lain untuk memata-matai aktivitas penjelajahan web pengguna,” ujar salah satu peneliti.
Para peneliti juga menemukan bahwa selama pengguna tetap masuk ke akun Facebook atau Instagram di perangkat Android mereka, riwayat penelusuran mereka di browser bisa ditautkan langsung ke akun pribadi tersebut. Artinya, aktivitas online tidak sepenuhnya anonim, meski sudah menggunakan fitur keamanan standar.
Meta Diduga Tanpa Izin Lacak Aktivitas Browsing demi Iklan Tertarget

Meta kembali disorot setelah terungkap menggunakan metode pelacakan tersembunyi untuk menampilkan iklan tertarget kepada pengguna Android. Praktik ini memungkinkan Meta mengumpulkan data pengguna tanpa sepengetahuan mereka, bahkan saat fitur privasi seperti mode incognito telah diaktifkan.
Melalui alat pelacak bernama Meta Pixel — yang telah terpasang di lebih dari 5,8 juta situs web — perusahaan dapat melacak aktivitas pengguna di luar platform mereka. Sebagai contoh, saat seseorang mencari sepatu atau pakaian di suatu situs, tak lama kemudian iklan produk serupa akan muncul di Facebook atau Instagram.
Yang mengejutkan, pelacakan ini dilakukan melalui skrip tersembunyi yang ditanamkan oleh aplikasi Android milik Meta. Peneliti menemukan bahwa aplikasi seperti Facebook dan Instagram menjalankan semacam server lokal di perangkat pengguna, yang kemudian menanam skrip ke dalam browser.
Skrip ini diam-diam terhubung ke aplikasi Meta dan secara aktif mengumpulkan metadata, cookie, dan aktivitas penelusuran pengguna, bahkan saat mereka sedang menjelajah situs web yang tidak terkait langsung dengan Meta.
“Meta tidak pernah memberi tahu hal ini, baik kepada pengguna maupun pemilik situs web,” ujar Gunes Acar, salah satu peneliti yang mengungkap praktik ini.
Pengungkapan ini kembali memicu kekhawatiran soal perlindungan privasi dan transparansi perusahaan teknologi besar, khususnya dalam mengelola data pengguna untuk kepentingan iklan.
Google Bereaksi Keras atas Praktik Pelacakan Tersembunyi oleh Meta
Menanggapi temuan pelacakan diam-diam yang dilakukan oleh Meta, Google menyatakan kekecewaan mendalam dan menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap kebijakan privasi Android.
Sebagai langkah konkret, Google mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan pembaruan keamanan untuk peramban Chrome guna mencegah praktik serupa terjadi di masa mendatang. Mereka juga menegaskan bahwa semua pengembang, termasuk Meta, wajib mematuhi kebijakan Google Play Store jika ingin aplikasinya tetap tersedia di platform tersebut.
Namun yang mengejutkan, Meta baru menghapus sebagian besar kode pelacakan setelah laporan ini dipublikasikan, bukan sebelumnya. Tindakan ini menuai kritik dari berbagai pihak karena dinilai tidak transparan dan terkesan lebih memilih minta maaf daripada meminta izin.
Langkah ini menambah panjang daftar pertanyaan tentang komitmen Meta terhadap privasi pengguna, serta kembali memicu seruan agar perusahaan teknologi besar diawasi lebih ketat oleh regulator.