Posted in

Sejarah Petak Umpet: Dari Yunani Kuno hingga Nusantara

Weburic – Permainan petak umpet punya sejarah panjang yang melintasi zaman dan budaya. Berawal dari Yunani Kuno, permainan ini kemudian berkembang menjadi bagian dari tradisi anak-anak di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Mengutip berbagai sumber, catatan tertua tentang permainan serupa ditemukan dalam naskah Yunani Kuno karya Julius Pollux pada abad kedua Masehi. Ia menyebut permainan ini sebagai apodidraskinda atau phyginda, yang saat itu menjadi bagian dari aktivitas anak-anak Yunani.

Seiring waktu, permainan ini menyebar dan beradaptasi dengan budaya lokal. Di Indonesia, petak umpet dikenal dengan berbagai nama. Di Jawa, dikenal sebagai petak jongkok atau petak benteng. Masyarakat Betawi menyebutnya petak umpet Betawi, sementara di Jawa Barat disebut ucing sumput.

Setiap daerah memiliki aturan unik. Ada yang menetapkan pohon atau tiang sebagai benteng, ada pula yang menambahkan variasi seperti harus jongkok saat ditemukan.

Antara Tradisi dan Permainan Anak

Di Bali, petak umpet dikenal dengan nama mecalingan. Permainan ini memiliki nuansa khas, sering dimainkan anak-anak saat bulan purnama. Sebelum bermain, biasanya dilakukan persembahyangan kecil atau mengucapkan mantra sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Aturan mainnya juga disesuaikan dengan nilai budaya Bali yang sarat unsur spiritual.

Di Sumatera, permainan ini lebih populer dengan nama sembunyi-sembunyian. Anak-anak di sana memiliki aturan hitungan tersendiri, sering menggunakan bahasa daerah atau ritme unik saat menghitung.

Dalam komunitas Melayu, petak umpet menjadi lebih istimewa. Sebelum mulai mencari, pemain yang bertugas harus melantunkan pantun, menambah kekayaan budaya dalam permainan.

Meski tiap daerah punya variasi aturan, inti permainan tetap sama: satu pemain mencari, yang lain bersembunyi. Petak umpet dulu populer di pedesaan dan perkotaan sebelum permainan digital mendominasi.

Hingga kini, meski jarang dimainkan, petak umpet tetap hidup dalam acara tradisional atau kegiatan luar ruangan. Permainan sederhana ini telah bertahan lintas zaman, dari peradaban kuno hingga menjadi bagian dari kearifan lokal Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *