Weburic – Desain ponsel dengan bodi tipis kembali menjadi perhatian utama di industri smartphone tahun ini. Dua raksasa teknologi, Samsung dan Apple, terlihat memimpin arah tren ini.
Samsung baru saja meluncurkan Galaxy S25 Edge, sementara Apple dilaporkan tengah menyiapkan kehadiran iPhone 17 Slim. Kedua perangkat tersebut digadang-gadang akan hadir dengan desain yang jauh lebih ramping dibandingkan generasi sebelumnya.
Tidak hanya Samsung dan Apple, sejumlah produsen smartphone lainnya pun turut mengikuti arus, berlomba-lomba menghadirkan ponsel dengan ketebalan seminimal mungkin. Bagi banyak perusahaan, desain tipis kini menjadi bagian penting dari upaya menghadirkan estetika modern dan elegan pada produk mereka.
Namun, muncul pertanyaan penting: apakah ketebalan ponsel benar-benar menjadi pertimbangan utama bagi konsumen? Apakah masyarakat memilih ponsel karena bentuknya yang ramping, atau lebih karena faktor performa, daya tahan baterai, dan fitur yang ditawarkan?
Jika ditilik lebih jauh, dorongan untuk menciptakan ponsel tipis bukanlah hal baru. Sejak awal era smartphone, industri ini sudah menunjukkan obsesi terhadap bentuk yang ramping dan ringan.
Salah satu contoh paling mencolok adalah Oppo R5 yang dirilis pada 2015. Ponsel ini memiliki ketebalan hanya 4,85 mm, menjadikannya salah satu smartphone tertipis di dunia pada saat itu.
Kini, dengan hadirnya Galaxy S25 Edge dan iPhone 17 Slim, tren ini kembali mendapat sorotan. Namun, keberhasilan strategi desain ini tetap akan bergantung pada bagaimana produsen menyeimbangkan tampilan tipis dengan kenyamanan penggunaan dan performa perangkat.
Konsekuensi Hp Tipis
Namun, pencapaian desain super tipis ternyata membawa konsekuensi yang tidak kecil. Contohnya, Oppo R5 hanya dibekali baterai berkapasitas 2.000 mAh, yang dalam praktiknya bahkan tidak mampu bertahan setengah hari untuk penggunaan normal.
Hal ini menjadi pengingat penting bahwa desain ultra-tipis tidak selalu sejalan dengan kenyamanan dan fungsionalitas. Pengorbanan pada kapasitas baterai dan kinerja termal bisa menjadi harga mahal untuk estetika semata.
Seiring waktu, para produsen mulai mengadopsi pendekatan yang lebih seimbang. Kini, rata-rata ponsel modern memiliki ketebalan di kisaran 7 hingga 10 mm—ukuran yang dinilai ideal untuk menjaga kenyamanan dalam genggaman, sekaligus tetap memberi ruang bagi baterai besar, sistem kamera canggih, dan pendinginan optimal.
Meski sesekali masih ada produk dengan desain ekstrem, industri secara umum tampaknya telah memahami bahwa keseimbangan antara desain dan fungsi adalah kunci keberhasilan produk.
Sementara itu, inovasi terus berkembang. Teknologi ponsel lipat menjadi tren baru yang menantang cara kita memaknai desain ponsel, termasuk dalam hal ketebalan. Lipatan ganda, engsel canggih, hingga layar fleksibel memperluas batasan desain tradisional dan menghadirkan tantangan baru bagi para desainer dan insinyur perangkat.
Evolusi Ponsel Lipat

Ketika Samsung meluncurkan Galaxy Fold generasi pertama, perangkat ini langsung mencuri perhatian berkat desain lipatnya yang futuristik. Namun, dengan ketebalan hingga 15,5 mm saat terlipat dan bobot mencapai 276 gram, ponsel ini terasa kurang praktis untuk penggunaan sehari-hari. Setelah sensasi awal dari teknologi layar lipat mereda, banyak pengguna mulai mempertanyakan kenyamanan jangka panjang perangkat tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, produsen ponsel lipat mulai menanggapi kritik tersebut dengan menghadirkan desain yang lebih ramping dan ringan. Salah satu terobosan mencolok datang dari Honor Magic V3, yang hanya setebal 9,3 mm dalam kondisi terlipat dan mencapai 4,4 mm saat dibuka penuh—bahkan lebih tipis dari Oppo R5, yang dulu disebut-sebut sebagai salah satu ponsel tertipis di dunia.
Kini, dengan kemunculan Galaxy S25 Edge serta rumor seputar iPhone 17 Slim, tampaknya industri smartphone kembali mengarah ke tren desain super tipis. Namun, tantangannya tetap sama: bagaimana menciptakan perangkat ramping tanpa mengorbankan daya tahan baterai, performa, dan kenyamanan penggunaan?
Prediksi Iphone 17 Slim

Sementara itu, iPhone 17 Slim diperkirakan akan hadir dengan ketebalan antara 5,5 hingga 6,25 mm, jauh lebih tipis dibandingkan iPhone 16 yang memiliki ketebalan 7,8 mm. Meski belum ada konfirmasi resmi, desain super ramping ini tentu membawa konsekuensi tersendiri. Untuk mencapai ukuran tersebut, produsen kemungkinan harus mengorbankan beberapa spesifikasi penting, seperti kapasitas baterai dan modul kamera.
Berbagai pengalaman muncul dari pengguna yang pernah memakai ponsel ultra-tipis. Rafael (21), seorang mahasiswa, mengaku awalnya tertarik dengan desain ramping yang terlihat elegan dan ringan. Namun, saat digunakan untuk mengedit video atau merekam konten, ponselnya cepat panas dan baterai cepat habis. “Awalnya keren banget, tapi akhirnya aku pilih kembali ke ponsel yang lebih tebal supaya lebih nyaman dan tahan lama,” ujarnya.
Sementara itu, Elice (19), mahasiswi, mengungkapkan bahwa ponsel yang sangat tipis terasa lebih rentan terhadap kerusakan. “Beberapa kali aku simpan di saku celana, rasanya gampang bengkok, apalagi kalau tidak pakai casing,” katanya.